Hamzah Washal Bag. 3

Huruf alif berbeda dengan huruf hamzah. Huruf alif tidak pernah menerima harakat, karena itu tidak pernah dilafalkan. Biasanya huruf alif hanya berfungsi sebagai tanda panjang (mad). Sedangkan yang bisa dilafalkan adalah huruf hamzah. Karena itu, istilah yang tepat sebenarnya bukan alif washal, tetapi hamzah washal, karena terkadang dilafalkan terkadang tidak.


Lawan dari hamzah washal adalah hamzah qatha’. Di mushaf Al-Qur’an cetakan timur tengah, hamzah washal dilambangkan dengan tanda kepala huruf shad di atas huruf alif, sedangkan hamzah qatha’ dilambangkan dengan kepala huruf ain seperti gambar di bawah ini.

Lingkaran merah adalah hamzah washal, lingkaran hijau adalah hamzah qatha’. Hamzah washal pada gambar di atas ada di QS An-Nisa 4:46, sedangkan hamzah qatha’ pada gambar di atas ada di QS Maryam 19:38. Sayangnya di mushaf Al-Qur’an cetakan Indonesia tidak ada pembedanya. Karena itu, untuk membaca QS Maryam 19:38 bila disambung dengan ayat sebelumnya, agar tidak keliru hamzah washal, maka harus menggunakan mushaf cetakan timur tengah. Bila tidak punya mushaf cetakan timur tengah, bisa mengunduh program Al-Qur’an secara gratis dari http://v2.quranflash.com/en/download/index.html. Atau bila hanya perlu gambarnya saja bisa mengunduhnya di http://labs.quran.com/androidquran/images_800.zip

Setahu saya, ketika membaca Al-Qur’an kita boleh berhenti di akhir ayat, di mana pun di dalam Al-Qur’an. Untuk melakukan hal itu, kita tidak bisa menggunakan metode kedua sebagaimana saya tulis di bagian kedua tulisan saya. Kita harus menggunakan metode ketiga yang agak rumit yang akan saya terangkan di bawah ini.

Pada metode ketiga ini, kita harus sedikit mengerti bahasa Arab. Kosakata bahasa Arab dibagi dalam tiga kelompok, Ism (kata benda), Fi’l (kata kerja), dan Harf (partikel fungsional). Alif washal dilafalkan berbeda-beda tergantung pada kelompok kata tempat berada huruf alif tersebut. 

Ism atau isim, bisa dibagi lagi menjadi 2 kelompok: isim naqirah (kata benda tidak tertentu) dan isim ma’rifah (kata benda tertentu). Isim ma’rifah bisa dikenali dengan adanya huruf alif dan lam (ال) di awal kata. Awalan alif-lam ini kira-kira sama dengan kata “the” dalam bahasa Inggris. Dalam pembagian kosakata bahasa Arab, alif-lam ini termasuk kelompok Harf. Huruf alif pada alif-lam inilah yang termasuk dalam alif washal, dan dilafalkan “a” bila tidak disambungkan dengan bacaan sebelumnya. Contohnya alim-lam di awal surah Al-Fatihah ayat 2 dan 3 di bawah ini.

Jadi, apabila ada alif washal (ditandai dengan tanda cacing di atasnya) diikuti dengan huruf lam mati, baik menggunakan tanda sukun maupun tasydid (pada ayat 3 di atas, tanda matinya dipindahkan ke huruf berikutnya jadi tasydid di huruf ro, ini yang disebut dengan alif-lam syamsiyah), biasanya ini adalah penanda isim ma’rifah, dan dilafalkan “a” bila tidak disambung dengan bacaan sebelumnya.ٱلْأَعْرَابُ  dibaca “al-a’-roo-bu”, ٱلنَّفْسُ  dibaca “an-naf-su”, ٱلَّذِينَ  dibaca “al-la-dzii-na”.

Untuk kelompok isim sendiri, ada sejumlah kata yang diawali dengan alif washal, dilafalkan “i” bila tidak disambung dengan bacaan sebelumnya. Ada 7 kata di dalam Al-Qur’an, yaitu:

ٱبْنُ           contoh: QS 3:45              عِيسَى ٱبْنُ مَرْيَمَ

ٱبْنَتَ    contoh: QS 66:12         وَمَرْيَمَ ٱبْنَتَ عِمْرَٰنَ

ٱمْرُؤٌ    contoh: QS 4:176                إِنِ ٱمْرُؤٌ هَلَكَ

ٱمْرَأَةٌ    contoh: QS 4:128            وَإِنِ ٱمْرَأَةٌ خَافَتْ   

ٱثْنَيْنِ    contoh: QS 16:51        لَا تَتَّخِذُوٓا۟ إِلَٰهَيْنِ ٱثْنَيْنِ

ٱثْنَتَيْنِ   contoh: QS 4:176              فَإِن كَانَتَا ٱثْنَتَيْنِ

ٱسْمُ     contoh: QS 6:118            ذُكِرَ ٱسْمُ ٱللَّهِ عَلَيْهِ

Jadi, ٱبْنُ dibaca “ib-nu”, ٱبْنَتَ dibaca “ib-na-ta”, ٱمْرُؤٌdibaca “im-ru-un”, dan seterusnya.

Sedangkan untuk kelompok fi’il, ada 2 cara membaca alif washal yang mengawali fi’il. Alif washal dilafalkan “u” bila huruf ketiganya berharakat dhommah. Contoh:

ٱرْكُضْ dibaca “ur-kudh”, ٱقْتُلُوا۟  dibaca “uq-tu-luu”,
ٱضْطُرَّ dibaca “udh-thur-ro”, ٱسْتُهْزِئَ  dibaca “us-tuh-zi-a”.
Termasuk juga ٱتُّبِعُوا۟ dibaca “ut-tu-bi-‘uu”, karena kataٱتُّبِعُوا۟ asalnya adalah ٱتْتُبِعُوا۟ yang mana huruf ketiganya (ت) berharakat dhommah. 
  
Alif washal dilafalkan “i” untuk kondisi fi’il yang lainnya. Contoh:

ٱرْجِعِىٓ  dibaca “ir-ji-‘ii”, ٱهْبِطُوا۟ dibaca “ih-bi-thuu”,
ٱذْهَبْ dibaca “idz-hab”, ٱتَّبِعُوا۟  dibaca “it-ta-bi-‘uu”

Dari urian metode ketiga di atas bisa diringkas, alif atau hamzah washal bila tidak disambung dengan bacaan sebelumnya dibaca dengan 3 cara:

  1. Dilafalkan “a” bila diikuti oleh huruf lam bertanda sukun, tasydid, atau tidak bertanda tetapi huruf berikutnya bertanda tasydid, yaitu bagian dari alif-lam (ال) penanda isim ma’rifah.
  2. Dilafalkan “u” bila huruf ketiganya (huruf kedua setelah alif washal) bertanda dhommah, kecuali kata-kata ٱبْنُ , ٱمْرُؤٌdan ٱسْمُ  karena ketiga kata tersebut termasuk isim yang alif washalnya dilafalkan “i”. Jadi yang perlu dihafal cukup tiga kata ini untuk pengecualian lafal “u”.
  3. Dilafalkan “i” untuk kondisi lainnya.

Walaupun metode ketiga ini lebih dikhususkan untuk mushaf Al-Qur’an cetakan timur tengah, tetapi bisa juga digunakan untuk membaca alif washal mushaf cetakan Indonesia, yaitu untuk membaca huruf alif tidak berharakat di awal ayat (misalnya awal QS Al-Fajr 89:28 dan QS Yasin 36:21 sebagaimana tulisan bagian kedua saya) maupun alif tidak berharakat setelah tanda waqaf. Untuk alif tidak berharakat setelah tanda waqaf di mushaf cetakan Indonesia terdapat di QS Ali Imron 3:45 di bawah ini.

Walaupun huruf ketiga dari kata yang saya lingkari merah di atas bertanda dhommah, tetapi karena termasuk pengecualian sebagaimana poin 2 ringkasan di atas maka dibaca “i” jadi “is-mu-hu”.

Sumber:

http://kelanadunia.blogspot.co.id/2013/08/alif-washal-yang-agak-membingungkan.html?m=1

Leave a comment