Hamzah Washal Bag. 5 (Nun Tanwin)

Mari kita perhatikan gambar di bawah ini.

Gambar di atas merupakan QS. Maryam 19:61. Pada bagian yang kami beri kotak merah, terlihat perbedaan antara mushaf cetakan Timur Tengah (standar tanda baca Internasional) dengan cetakan Indonesia (standar tanda baca Depag RI).

Pada mushaf cetakan timur tengah huruf Nun berharakat kasratain diikuti huruf Hamzah washal, sedangkan pada cetakan Indonesia huruf Nun berharakat kasrah saja (tanpa tanwin) diikuti Hamzah washal dengan huruf nun kecil berharakat kasrah di bawahnya. Sebagian pembelajar tajwid di Indonesia mengatakan bahwa huruf Nun kecil itu disebut “nun wiqayah”.

Sebetulnya penamaan ini kurang tepat, karena Nun wiqayah sendiri dalam bahasa Arab adalah Nun yang masuk pada fi’il dan harf untuk menjaga i’rab.

Nun wiqayah adalah nun yang terletak antara dua dhamir, salah satu dari dhamir tersebut adalah dhamir ya mutakallim. Ia bisa masuk di fiil madhi, mudhari dan amr. Wiqayah artinya menjaga. Disebut nun wiqayah, karena nun tersebut berfungsi untuk menjaga fiil baik madhi, mudhari atau amr supaya tidak berharakat kasrah. Sebagaimana diketahui bersama, bahwa fiil dalam kaedah bahasa Arab tidak dibenarkan berharakat kasrah.

Contoh dalam fiil madhi:

ضربني زيد
Zaid telah memukulku

Contoh dalam fiil mudhari:

يضربني

Zaid sedang memukulku

Contoh dalam fiil amr

أكرمْني

Kamu, hormatilah aku!!

Jika tidak ada nun wiqayah, maka jadinya
ضربي

يضربي

أكرمي

Bila demikian, maka ia menyalahi kaidah fiil yang tidak boleh berharakat kasrah.

Adapun Nun yang terdapat dalam contoh Al-Quran di atas adalah bunyi Nun kasrah (“ni”) yang terjadi ketika huruf bertanwin dibaca bersambung dengan Hamzah washal. Nun tersebut sebetulnya berasal dari tanwin.

Huruf tanwin sejak awal juga memiliki bunyi Nun sukun (an-in-un). Walaupun tidak ada huruf Nun di sana, namun hakikatnya ada Nun sukun yang tidak tertulis. Permasalahannya adalah saat tanwin bertemu dengan huruf yang awalannya juga sukun, maka berarti ada dua huruf sukun yang bertemu. Yakni Nun sukun pada tanwin dan huruf sukun yang berada setelah Hamzah washal. Akibatnya kedua huruf ini sulit dibaca saat washal.

Agar bisa dibaca washal, maka Nun sukun yang berada pada tanwin diubah ke dalam harakat, dalam hal ini ia diubah menjadi kasrah “ni”. Sehingga bunyi tanwinnya hilang (tetap berbunyi harakat, tapi tanpa tanwin (tanpa suara Nun sukun)) dengan muncul bunyi tambahan “ni” sesudahnya. Bunyi “ni” ini berasal dari Nun sakinah pada tanwin yang diberi harakat kasrah.

Sederhananya, bunyi “…an-…” berubah menjadi “…a-ni…”, “…in-…” menjadi “…i-ni…” dan “…un-…” menjadi “…u-ni…”
Jadi, ayat-ayat Al-Qur’an di bawah ini dibaca sebagai berikut:

QS Al-Jumu’ah 62:11

Yang kami beri kotak merah dibaca “lah-wa-nin-fadh-dhuu”.

QS Asy-Syu’aro 26:160

Yang kami beri kotak merah dibaca “luu-thi-nil-mur-sa-liin”.

QS Al-Hajj 22:11

Yang kami beri kotak merah dibaca “khay-ru-nith-ma-an-na”.

QS Yusuf 12:8-9

Yang kami beri kotak merah apabila dibaca waqaf menjadi “mu-biin” “uq-tu-luu”, apabila dibaca washal (bersambung) menjadi “mu-bii-ni-niq-tu-luu”.

QS Al-Ikhlash 112:1-2

Yang kami beri kotak merah apabila dibaca terputus (waqaf) menjadi “a-had” “al-laa-hu”, apabila dibaca washal menjadi “a-ha-du-nil-laa-hu”.

Pada mushaf standar Depag RI, terdapat huruf Nun kecil sebagai penanda Nun tanwin yang dibaca hidup. Tetapi, kadang-kadang tidak ada harakatnya dan huruf sebelum Nun kecil ini masih ada tanwinnya. Jadi masih mungkin membingungkan sebagian pembaca Al-Quran. Misalnya contoh di bawah ini.

QS Al-Jumu’ah 62:11

Untuk yang di awal ayat juga bisa membingungkan antara baca washal (disambung) dengan waqaf (dipisah).

QS Yusuf 12:8-9

Bahkan yang di QS Al-Ikhlash tidak ada huruf Nun kecilnya seperti gambar di bawah ini. Sehingga bagi yang akan menyambung bacaan sangat mungkin muncul kekeliruan.

QS Al-Ikhlash 112:1-2

Jadi, pada mushaf standar Depag RI, bila bertemu nun kecil di bawah huruf alif (sebetulnya bukan Alif tapi Hamzah washal, namun dilambangkan dengan Alif) seperti contoh di atas, walaupun tidak ada harakatnya baca saja dengan “ni”, bila huruf sebelumnya bertanwin hilangkan tanwinnya. Bila Nun kecil itu di awal ayat atau awal bacaan, biar tidak bingung bacanya disambung saja dengan ayat sebelumnya. Ini untuk menghindari kesalahan dalam membaca Hamzah washalnya. Adapun penjelasan bagaimana membaca Hamzah washal saat ada di awal bacaan telah kami jelaskan pada artikel-artikel sebelumnya.

2 thoughts on “Hamzah Washal Bag. 5 (Nun Tanwin)

Leave a comment