Karena Cinta Adalah Taqdir

Pada hari itu, kebahagiaan benar-benar menyelimuti Bilqis. Saat-saat yang dinantikan akhirnya tiba menghampiri gadis manis berusia 21 tahun ini. Seorang lelaki shalih yang terkenal dengan kebaikannya pun telah mengucapkan akad untuk setia di bawah naungan cinta. Ikatan suci tlah terpatri tuk mengarungi kehidupan ini. Dialah Ayyasy yang seolah telah memberikan arti hidup dalam kehidupannya. Malam … Continue reading Karena Cinta Adalah Taqdir

Sesal (Bag. 2 – End)

Tidak terjadi apa-apa pada malam pertama itu, selesai shalat sunnah dua rakaat kami hanya lebih banyak terdiam, sambil sesekali membuka tanya jawab ringan... Setelah itu, kami pun tertidur hingga menjelang fajar... Kondisi seperti itu berlangsung selama lebih dari satu bulan... Dan ‘Arfan tidak pernah mengeluh, bahkan bila ia diberi kesempatan untuk mengisi ta’lim di masjid … Continue reading Sesal (Bag. 2 – End)

Taqdir… (bag. 2 – selesai)

Pagi-pagi sekali sebelum subuh, Yusuf sudah bersiap untuk menemui orangtuanya. Hatinya sedang berbunga. Penantian yang panjang, kesabaran, dan do’a yang senantiasa ia panjatkan akhirnya hampir terealisasi. Bibirnya pun tak henti menebarkan senyum dan basah dengan kalimat syukur, alhamdulillah... Membuat orang-orang yang melihatnya ikut berbahagia. “Akh, ane pulang lagi ya, tolong jagain komputer ane. Afwan nih … Continue reading Taqdir… (bag. 2 – selesai)

Berbagi Mahkota

Sosoknya yang begitu terasa istimewa, walaupun tidak tampak gagah layaknya seorang olahragawan, namun tutur katanya yang santun, wawasannya yang luas, dan bawaannya yang bersahaja sanggup meluluhkan hatiku, sejak pertama kali bertemu, dalam nadzhar (suatu proses melihat calon suami/ istri sebelum lamaran, pen.) malam itu. Ustadz Hakim yang mengantarkannya menemui kami sekeluarga malam itu. Lucu rasanya saat mengingat … Continue reading Berbagi Mahkota

Sesal (Bag. 1)

Aaarrgh... Mengapa mereka tidak pernah mau mengerti??!! Aku kan baru 18 tahun, masih terlalu kecil untuk haru berurusan dengan satu buah kalimat yang menurut sebagian besar orang begitu bernilai dan dinanti-nantikan : pernikahan. “Ikhwannya sedang dalam perjalanan...” Suara Ustadz Fawwaz sesaat setelah membuka sms yang beliau terima di HP nya... “Sekitar sepuluh atau lima belas … Continue reading Sesal (Bag. 1)

Taqdir… (bag. 1)

  Bilang skrg ya kak... Yusuf agak sedikit bingung saat membaca sms dari Qiya yang tiba-tiba itu. Karena ia sendiri tidak berniat mengatakannya sekarang. Bahkan ia pernah berjanji akan mengatakan niatnya itu secara langsung kepada orangtua Qiya pada bulan Ramadhan, dengan asumsi, setelah hari raya Idul Fitri, ia bersama orangtuanya bisa segera melamar secara resmi … Continue reading Taqdir… (bag. 1)

Ana Berenti Ngaji, Akh (bag. 4 – terakhir)

“Antum bener, Kak...” Kata ikhwan yang mengenakan baju koko berwarna hitam... Sambil berbaring di tempat tidur ia berusaha bercerita banyak pada Al yang juga berada dalam kamar itu... Tampak ikhwan yang diajak bicara tersebut sedang sibuk mengemasi barang-barangnya,,, Sepertinya ia akan pergi ke tempat yang jauh dalam jangka waktu yang lama... “Bener apanya..??” Kata Al, … Continue reading Ana Berenti Ngaji, Akh (bag. 4 – terakhir)

Ana Berenti Ngaji, Akh.. (Bag. 3)

Malam sudah semakin hening... Lampu-lampu rumah sudah mulai padam tanda para penghuninya mulai beristirahat. Dalam sebuah ruangan sederhana 3x4 meter, seorang ikhwan tampak masih begulat dengan buku-bukunya. Saat ini ia sedang berhadapan dengan Prinsip-Prinsip Jihad yang ditulis Syaikh Abdullah ‘Azzam... Di sebelah kanannya tampak begitu banyak buku berserakan. Dari Usamah Untuk Aktivis, Ayaturrahman fii Jihadi Afghan, Risalah Ta’alim Hasan Al … Continue reading Ana Berenti Ngaji, Akh.. (Bag. 3)

Ana Berenti Ngaji, Akh.. (bag. 2)

Hembusan angin pagi menyapa kebisuan Ical. Ia masih menatap dengan serius sebuah tulisan yang di tempel pada sebuah mading di selasar Masjid Fakultas. Tampak kekaguman, harap, dan berjuta perasaan lain yang bercampur baur menjadi satu... Saat melihat tulisan itu, ia mengingat salah seorang sahabat,,, bukan,,, tapi saudaranya...   Pikirannya melayang ke masa-masa awal ia kuliah... … Continue reading Ana Berenti Ngaji, Akh.. (bag. 2)

Saat Si “Banci” Menjadi “Laki-Laki”

Di sana, pada saat itu, sudah menjadi tradisi bahwa setiap anak laki-laki harus bisa bermain sepak bola. Pertandingan demi pertandingan digelar untuk menunjukkan siapa yang terbaik di antara mereka. Walaupun pertandingan demi pertandingan seringkali berakhir dengan keributan atau pertikaian, namun semua itu tidak membuat jera. Padahal pertandingan itu sendiri sudah hampir menyerupai pertandingan silat, bukan … Continue reading Saat Si “Banci” Menjadi “Laki-Laki”

Ana Berenti Ngaji, Akh… (bag. 1)

“Ana berenti ngaji”. Kata seorang Ikhwan yang mengenakan kaos lengan panjang berwarna putih itu... Padahal ia dikenal sebagai Ikhwan yang luar biasa. Aktivis yang bergerak dengan sejuta aktivitas, amanah yang berjubel, bintang aksi, orator ulung, de el el.... Kontan hal ini membuat seorang akhwat yang sejak dari tadi hadir di tengah-tengah ruangan ini  tersentak. Ia … Continue reading Ana Berenti Ngaji, Akh… (bag. 1)

Sebuah Cerita

Suara hembusan angin mengiringi aku untuk melalui beberapa lembar hari yang berlalu, menutup kenangan pada setiap halaman masa lalu. Karena masa lalu memang bukan untuk disesali apalagi diratapi. Karena kutahu waktu takkan pernah berputar ulang dan hari kemarin takkan pernah datang ‘tuk kembali. Maka kutatap harapan itu, harapan yang terpancar dari tatapan cakrawala di antara … Continue reading Sebuah Cerita